Monday, November 10, 2008

Natto pertama..

Pertama kali denger natto dari Pak Ali, dosen mikrobiologi di kampus yang jagonya makanan fermentasi. Sejak saat itu, natto masuk jadi target makanan yang mau dicobain kalau punya kesempatan (baca: punya duwit). Secara waktu kuliah mah, makanan Jepang tuh rasanya jauuuhhh dari harapan. Kecuali HokBen, yang secara de jure dan de facto rada susah untuk disebut sebagai makanan Jepang.

Belasan tahun kemudian, di pertengahan bulan Oktober lalu, saya sampai ke sebuah warung kecil bernama Tori Katsu. Ini restoran yakitori di kawasan "Little Japan" di Melawai. Saya baru pertama kali masuk ke daerah ini.

Setelah puas nongkrongin temen-temen yang nyicip yakitorinya (saya ga nyobain karena sebagian menu yakitori-nya berbahan babi), dan perut udah rada kembung diisi Coca Cola dowang, akhirnya Adi, temen saya yang baik, menemukan natto di buku menu. "Udah pesen, kalo lu ga doyan, gua yang abisin", katanya.

Dan inilah natto pertama dalam hidup sayah. Cantik, seperti seharusnya makanan Jepang yang baik dan benar. Natto coklat muda dikelilingi oleh wasabi dan irisan daun bawang hijau segar, dalam mangkuk keramik kecil berwarna pink, kontras dengan potongan ikan tuna segar berwarna merah tua. Di tengah-tengah, kuning telur burung puyuh tampak bulat merona, seperti matahari pagi.

Rasanya? Anda harus nyoba. Sebenernya nggak ada yang aneh, atau istimewa dari rasanya. Ya seperti kedelai rebus paki telur dan ikan mentah saja. Yang lucu adalah teksturnya. Natto yang lengket, berbenang-benang putih seperti mozarella kurus (lebih mirip lem buat nangkep lalat sih sebenernya) terasa agak aneh di mulut. Tapi bener kok, nggak sampe ekstrim banget. Campuran bawang daun iris dan wasabi bikin rasanya jadi lebih nyaman di mulut.

There it goes.. Obsesi belasan tahun terbayar malam itu. Enak sih, tapi nggak sampe bikin saya sengaja pergi ke supermarket Jepang di Wijaya untuk beli sekilo natto dan bikin makanan sendiri di rumah.

Sebelum pulang, mampir dulu di tukang takoyaki yang mangkal di depan warung ini. Tukang takoyaki bermobil ini konon sudah lama berjualan di sini. Takoyaki-nya enak, cukup buat menghapus rasa aneh lengket-lengket di mulut akibat natto. Kalau untuk yang ini, ada kemungkinan saya balik lagi..

2 comments:

eijeisan said...

Nah..ada postingan paling baru.
Ko sekarang pak iwan rada jarang nulisnya?
Sibuk ya?
Padahal saya menanti2 tulisannya yang naratif ituh, hehehe
Enak ya nato itu?
Kacang khas jepang?
Ga da versi indonya? ~.~

Irvan Kartawiria said...

Hehe, nuhun..
Sebenernya kacangnya mah kedelai saja, cuma jamur untuk fermentasinya yang khas jepang..