Monday, October 22, 2007

Mendadak Ahli

Tulisan ini pernah dimuat di Appetite Journey Magazine bulan September 2006

Ada seorang sahabat yang beberapa hari ini tiba-tiba berubah, pokoknya apa saja tentang kopi bisa jadi bahan obrolan seru buat dia. Kalau di televisi muncul berita tentang Aceh, maka sahabat ini akan langsung bercerita tentang karakter kopi Aceh, teknik menyeduh, spektrum warna dan betapa seduhan kopinya berkilau bagaikan rambut gadis-gadis di iklan shampoo.

Saya pun akan "dilarang" untuk berkomentar yang terlalu sederhana apalagi miring tentang kopi. Kalau saya hanya bilang, "kopinya enak dan harum" maka ia dengan gigih akan menjelaskan tentang aroma, body, acidity dan finish. Kalau saya bilang, "gurih nih, mantep!" maka ia segera memperbaiki terminologi saya sambil menceritakan perbedaan karakter biji robusta yang body-nya semantap Titi Kamal si "Mendadak Dangdut" dan arabika yang lebih delicate dan sophisticated.

Tidak hanya hal-hal yang berhubungan langsung dengan kopi yang bisa jadi bahan obrolan. Sidang gugatan cerai penyanyi dangdut pun bisa berujung dengan obrolan tentang kopi. "Eh, lagu Kopi Dangdut tuh pernah ngetop banget loh di Jepang. By the way, tau nggak .. orang Jepang tuh suka kopi dengan karakter … bla.. bla.." Hal yang rasanya paling ‘nggak nyambung’ pun bisa dikaitkan dengan the object of his affection .. kopi.

Ini sih sindrom orang jatuh cinta! Orang yang lagi kasmaran ‘kan begitu, segalanya hanya tentang objek cinta itu. Dan jatuh cintanya kawan saya ini membuat dia tiba-tiba menjadi tahu banyak tentang kopi.

Terus terang, saya sih senang-senang saja karena selama dia masih mabuk cinta dengan kopi saya bisa kebagian icip-icip kopi dari berbagai penjuru Nusantara, dan diajak menjelajahi beberapa coffee shop untuk mencari espresso yang nikmat. Yang saya khawatirkan adalah kalau cintanya mulai redup, apalagi kalau mulai ada perselisihan antara dia dengan objek pujaannya itu. Misalnya kalau penyakit maag-nya kambuh. Wah, hubungan cintanya bisa jadi "benci tapi rindu". Apalagi kalau sampai dapat vonis larangan ngopi dari dokter. Bisa-bisa kisah cintanya jadi backstreet nih!

Nanti, kalau waktunya tiba dan kawan saya itu akhirnya "putus" dan "musuhan" dengan kopi, maka saya harus siap-siap mendengar aneka kisah pahit kopi. How coffee broke his heart, literally! Namun, sementara itu belum terjadi, saya menikmati saja aneka kisah dari sang ahli dadakan. Ilmunya lumayan kok.

No comments: