Monday, October 22, 2007

What's In A Name

Tulisan ini pernah dimuat di Appetite Journey Magazine bulan Mei 2006

Beberapa bulan lalu seorang sahabat mengajak saya mampir ke restoran - sebut saja - Cahaya Abadi. Restoran yang terletak di kawasan Kota, Jakarta Utara ini, konon, mempunyai hidangan burung dara goreng yang sedap tiada tara. Gurih, empuk dan lezat. Pokoknya juara dunia, deh! Tapi, jujur saja saya punya keraguan untuk makan di sana. Bukan karena burung dara gorengnya yang ngetop itu, tapi justru karena nama restorannya.

Well, bagi saya nama adalah kesan pertama yang akan diingat orang akan sesuatu. Dan itu termasuk si restoran tersebut, yang bagi saya namanya lebih mirip dengan toko bahan bangunan.

Beberapa tahun lalu, nama restoran dengan menggunakan pola “[insert your name here]’s Kitchen”, menjadi tren di negeri ini. Maka lahirlah restoran dengan nama Mama’s Kitchen, Choky’s Kitchen, Mimi’s Kitchen dan lain-lain. Varian lainnya adalah “Dapur Anu”. Misalnya Dapur Bang Haji, Dapur Betawi, dan Dapur Babah. Awalnya memang lucu dan imut. Tapi lama-lama agak menyebalkan juga, terutama kalau kita tak kenal nama pemilik dapur itu. Siapa sih lu?

Tren nama ini kemudian mulai bergeser ke "Roemah Sesoeatoe“. Ada Roemah Kopi, Roemah Nenek, dan roemah-roemah lainnya. Ada apa sih dengan “edjaan lama“ ? Entahlah, tapi yang jelas nama-nama restoran dengan ejaan lama ini berkembang luar biasa. Sampai-sampai kata “kopi“ saja bisa menjadi nama restoran yang hype kalau anda tulis sebagai “Koffie“.

Belum lagi tren mengekor nama jika ada yang suk-ses. Ingat kisah si Roti Ngobrol (Baca: Bread Talk)? Dalam sekejap mereka mempunyai cerita (Bread Story), menjadi pecinta (Bread Lover), bahkan diangkat menjadi raja alias Bread King. Roti-roti ini tiba-tiba mempunyai aktivitas bahkan profesi!

Namun, tak semua nama restoran melulu mengikuti tren. Ada beberapa nama klasik yang menjadi favorit sejumlah pemilik restoran. Misalnya, Sabar Menanti, Takana Juo, Sudi Mampir, atau Ojo Lali. Beberapa nama klasik justru menarik karena bisa punya arti ganda. Misalnya, Ayam Bakar Jakarta atau Jagung Bakar Bandung. Wah, ini restoran punya menu yang sungguh berbahaya. Bayangkan, ada ayam... bakar Jakarta!

Nah, pada akhirnya Anda tentu mengingat kata-kata Oom William Shakespeare. Katanya, “What’s in a name?”. Ya, apalah arti sebuah nama. Burung dara goreng, asalkan dimasak dengan jempolan, akan tetap terasa lezat. Sekalipun jika disajikan di restoran yang bernama mirip toko bahan bangunan. Ya... seperti Cahaya Abadi itu...

No comments: