Thursday, January 20, 2005

Laksa Bogor vs Bakso Pontianak

Bogor, Jalan Surya Kencana, belok kanan di plang Kampus Kesatuan,
tepat di pintu parkiran swalayan Grand. Disitulah seorang tukang
laksa bogor mangkal.

Ketika kami (saya, Adi tukang masak, Marchel dan Dila) mampir ke
situ jam 12 siang (sebelum acara Coffee Blind Tasting), kami sudah
nyaris kehabisan. Sang penjual tidak ada di tempat dan harus
dipanggil dulu. Dia datang tergopoh-gopoh dengan membawa sebungkus
bihun yang sudah direbus. Wah, ternyata bihunnya habis..

Laksa memang banyak banget variannya, tapi intinya adalah bihun
(a.k.a laksa) dengan berbagai aksesoris lalu diguyur kuah santan
yang kental dan gurih. Jangan bandingkan laksa bogor ini dengan
laksa dari semenanjung Malaka, beda banget mahzabnya. Bahkan di
Bogor dan sekitarnya pun, jenis laksa yang dijual bisa bermacam-
macam. Laksa bogor kali ini menggunakan kuah santan berwarna kuning
cerah dengan konsistensi yang ringan.

Yang unik adalah cara peracikannya. Dalam sebuah mangkuk kosong
diisikan bihun rebus dengan jumlah banyak, toge mentah, daun
kemangi, dan potongan oncom oranye fresh. Setelah itu mangkuk
diguyur dengan kuah laksa yang panas, lalu kuahnya ditumpahkan lagi
ke pancinya (seperti di tukang sop kaki kambing). Dilakukan berulang-
ulang sampai oncomnya matang, dan toge dan kemanginya layu. Pada
guyuran terakhir barulah ditambahkan potongan tahu yang direbus
bersama kuahnya. Sebagai pelengkap, ditambahkan juga seperempat
potong telur rebus dan taburan serundeng kelapa. Bisa dibayangkan
rasa yang timbul dari racikan ekstra kaya seperti ini bukan?

Rasa manis dan gurih santan terasa benar pada hirupan pertama. Belum
habis sensasinya langsung disusul dengan hentakan aroma kemangi
(tambahin sedikiiit lagi deh Mang). Permainan teksturnya juga seru.
Mulai dari bihun, oncom dan serundeng yang agak kasar dan tahu yang
lembut.

Komentar Adi, kuahnya terlalu ringan dan secara keseluruhan tidak
ada rasa yang dominan. Seluruh komponen kontribusinya sama
menariknya. Kesimpulan, ini adalah makanan yang bagus buat
membangunkan indera perasa.. maka cocok banget buat makanan pra-
sarapan!

Total kerusakan, semangkuk laksa dan sebotol teh: 6 ribu perak.

Karena indera kami sudah terlanjur bangun, maka perjalanan kami
lanjutkan sebentar. Masih di kawasan yang sama, kami mencoba
(tepatnya dipaksa mencoba!) bakso kuah pontianak. Bakso pontianak di
Bogor? Yap!!

Ini adalah varian bakso gepeng, kasar dan baso tahu dengan kuah
kaldu yang ringan sekali. Baksonya (terutama yang kasar) terlihat
sebagai home-made product (bentuknya ga seragam!). Baso tahunya..
hmm.. juara! Tahunya lembut sekali. Tapi rahasia dari sajian ini
terletak pada bawang putih tumisnya. Setelah bakso dalam mangkuk
siap, lalu ditaburi dengan campuran bawang putih yang di-sautee
lengkap dengan minyaknya. Aroma bawang putih yang (surprisingly)
tidak terlalu tajam ini blend banget sama kuah kaldunya. Apalagi
setelah dikucurin air jeruk dan sambel. Versi lengkapnya sajian ini
menggunakan kuetiau rebus dan toge.

1 comment:

Eddy Fahmi said...

wuah... ini blog penting! referensi bagus, n asli bikin mupeng... :p